Cari Blog Ini

Rabu, 06 Oktober 2010

Pembenihan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata blkr)

Ikan betutu pada saat ini makin popular dan sudah banyak dihidangkan sebagai menu masakan di rumah makan, restoran dan hotel-hotel mewah. Ikan betutu yang dihidangkan sebagian besar masih merupakan hasil tangkapan dari alam bebas dan masih sangat sedikit yang berasal dari hasil budidaya. Saat ini ikan betutu yang hidup di alam semakin berkurang dan semakin sulit untuk didapatkan sehingga perlu adanya kegiatan usaha untuk budidaya spesies ikan tersebut sebagai solusi untuk mencegah kepunahan. Di beberapa daerah ikan betutu sudah mulai dibudidayakan seperti jawa barat, jawa tengah, Kalimantan dan sumatera. Namun hasil budidadaya diderah tersebut belum mencukupi kebutuhan pasar.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas maka perlu diketahui ciri-ciri induk ikan betutu yang ideal untuk calon induk, vekunditas telur serta tingkat kelangsungan hidup (SR).

A. Klasifikasi Dan Morfologi
            Ikan betutu mempunyai kemiripan dengan ikan gabus baik bentuk maupun sifatnya. Oleh karena itu ikan betutu masuk dalam golongan goboidae (satu family dengan ikan gabus). Klasifikasi ikan betutu menurut Axelrod (1951) adalah sebagai berikut:
Phylum                         : Chordata
Sub-Phylum                  : Craniata
Super-Class                 : Gnatostomata
Class                            : Osteichthyes
Super-Ordo                 : Teleostei
Ordo                            : Percomorphodei
Sub-Ordo                    : Gobiformes
Familia             : Eleotridae
Genus                           : Oxyeleotris
Spesies             : Oxyeleotris marmorata blkr.

Tanda-tanda atau ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) adalah sebagai berikut:
  1. bentuk badan bulat dan panjang seperti torpedo
  2. badan bagian depan bundar dan bagoian belakang agak pipih
  3. kepala rendah, mata besar ayng dapat bergerak, dan mulut lebar
  4. perut luas dan sirip punggung terdiri atas dua bagian
  5. sisik sangat kecil, halus dan lembut sehingga tampak hampir tidak bersisik
  6. warna badan kekunng-kuningan-kuningan dengan bercak-bercak hitam keabu-abuhan seperti di batik
  7. bagian ventral berwarna putih
  8. panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat 7 kg/ekor.
B. Habitat
            Ikan betutu di alam aslinya hidup di air tawar, seperti di sungai-sungai, rawa-rawa, telaga, danau dan waduk. Ikan betutu yang masih kecil lebih senang pada perairan yang dangkal, sedangkan yang sudah besar lebih senang tinggal di daerah yang arusnya tidak terlalu deras dan banyak di tumbuhi tumbuh-tumbuhan air seperti Enceng Gondok, Kayu Apu, Ganggeng dan Kangkung. Ikan betutu juga banyak dijumpai di perairan-perairan yang memiliki derajat keasaman (pH) air yang agak rendah (5,5-6,5). Meskipun ia tidak menolak tinggal  di air netral dengan pH 7-7,5. ikan betutu dapat hidup dengan baik pada temperature air berkisar antara 190C-290C bahkan dapat beradaptasi dengan baik sampai suhu 300C. berbeda dengan ikan-ikan lainnya ikan betutu ini sangat tahan terhadap kadar amoniak H2S, dan kadar CO2 yang cukup tinggi. Hal ini sangat menguntungkan  dalam usaha budidaya terutama pembesaran.

C. Kebiasaan makan
            Ikan betutu sangat menyukai jenis pakan hidup carnivore dan dapat memburu mangsanya jika keadaan memaksanya. Ikan betutu juga termasuk ikan yang kanibal apabila dalam keadaan lapar jenisnya sendiri juga dimakan yang ukurannya lebih kecil.
            Makanan ikan betutu terdiri atas ikan-ikan rucah, udang liar air tawar, cacing, dan oranisme lain yang lebih kecil. Ikan betutu juga dapat diberi pakan dari bahan ikan yang yangsudah mati, namun jika masih ada pakan uyang hidup ikan betutu lebih menyulainya. Ikan betutu tidak akan keluar untuk mencari makan jika jika belum lapar benar.
Makanan utama larva ikan betutu adalah plankton seperti rotifera dan mikro plankton lainnyasetelah berumur beberapa hari ikan betutu lebih menyukai pakan dari zooplankton seperti Moina Sp Daphnia Dan Bosmina. setelah berukuran 3-7 cm ikan betutu sudah mulai  makan artemia, larva chironomit dan cacing sutra.


D. Perawatan induk
            Induk ikan betutu yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan induk ikan yang berkualitas baik dan memiliki produktifitas yang tinggi, karena induk ikan yang berkualitas akan menghasilkan keturunan tinggi pula.
            Ikan betutu yang belum matang kelamin sangat sulit untuk dibedakan jenis kelaminnya. Perbedaan jantan dan betina ikan betutu hanya dapat dibedakan ketika ikan tersebut telah matang gonad dengan melihat ciri-cirinya.
            Induk betina ikan betutu yang matang gonad memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1.      badan berwarna lebih gelap dan bercak-bercak hitamnya pekat.
2.      perut membesar kearah anus dan bila dirabah akan terasah lunak.
3.      Papilla urogenitalnya berwarna merah cerah berupa tonjolan memanjang dan lebih melebar serta membulat.
4.      Gerakannya menjadi lebih lamban
5.      Sehat dan tidak cacat.
            Sedangkan induk jantan yang matang gonad adalah sebagai berikut.
1.      Badannya berwarna lebih terang dan bercak-bercak hitamnya lebih terang bila dibandingkan dengan yang betina.
2.      Badan dan peru ramping
3.      Papilla urogenitalnyanya berbentuk segitiga pipih dan kecil serta berwarna kemerah-merahan.
4.      Sehat, tidak cacat.
            Induk ikan betutu yang siap dipijahkan berukuran 250-500g dan panjang badan antara 30-40 cm. calon induk ikan betutu dapatr dipilih dari kolam pembesaran, kemudian dipelihara secara tersendiri selama 30 hari dan diberi pakan yang cukup dengan kandungan protein menimal 47%.
            Induk ikan betutu yang akan dipijahkan harus diberokkan terlebih dahulu (induk jantan dan betina dipelihara secara berpisah). Setiap hari induk-induk tersebut diberi pakan alami berupa ikan-ikan kecil, udang air tawar dan cacing. Air didalam bak pemeliharaan induk harus diganti sesering mungkin atau dialiri secara terus-menerus. Dosis pemberian pakan 10% dari berat badan /hari.
E. Pemijahan
            Pemijahan pada ikan betutu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemijahan alami dan pemijahan buatan.

1.      pemijahan alami
            Kolam  yang akan digunakan untuk pemijahan alami harus dibersihkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Biasanya pengeringan dasar kolam tanah memerluhkan waktu 5-7 hari, sedangkan kolam beton 2-3 hari. Setelah kering asar kolam diberi tempat (substrak untuk menempelnya telur). Substrak penempelan telur bisa terbuat dari asbes dengan ukuran 40 x 40 cm yang dibentuk prisma ataupun potongan paralon dengan diameter 5 inci atau tempayan yang besar.
            Perbandingan induk jantan dan betina (sex ratio) 1:1. setiap kolam 1 m2 idealnya dipakai untuk memijahkan 1-2 pasang induk. Penambahan oksigen pada kolam pemijahan dapat dialakukan dengan pemberian aerasi dengan menggunakan blower. Induk-induk ikan betutu yang telah matang gonad biasanya akan memijah setelah 1-3 hari.

2.      Pemijahan buatan
            Bahan yang digunakan untuk prmijahan buatan adalah ekstrak hipifisa dari ikan donor yang biasanya menggunakan ikan mas atau ikan karper. cara yang lebih praktis untuk pemijahan adalah dengan menggunakan hormone hcg (human chorionic gonadotrophi). pelaksanaan pemijahan buatan pada ikan betutu sama seperti kawin suntik yang dialakukan pada ikan lele dan ikan-ikan lainnya. perbandingan ikan donor dengan resipien untuk induk betutu betina adalah 1:2 artinya setiap bagian berat induk ikan betutu membutuhkan 2 bagian berat ikan donor.  sedangkan perbandingan donor dan rsipien untuk ikan jantan adalah 1:1. penyuntikan ekstrayt hipofisa dilakukan pada indra muscular pada bagioan antara giurat sisi dengan sirip punggung kearah pangkal ekor. untuk induk betina penyunyikan dilakukan 2 kali dengan selang waktu antara penyuntikan pertam dan kedua adalah 3-5 jam. disis penynutikan pertama dan penyuntikan kedua masing-masing 50 % dari ekstrak hipofisa.   
            Pada pemijahan buatan dentan hormone hcg dosis penyuntikan pertam untuk induk betina adalah 4-5 iu per gram berat badan. Jika menggunakan Ovaprim  dosis penyuntikan pertam untuk induk betina 0,5 cc untuk tiap kg berat tubuh. Penyuntikan kedua dilakukan setelah 3-5 jam dari penyuntikan pertama dengan dosis ½ dari penyuntikan pertama.
            Pemijahan ikan betutu dengan kawin suntik sangat sulit untuk dilakukan tindakan stripping karena sifat telurnya disemprotkan oleh induk betina dan dilekatkan pada substrak. Pengambilan sperma induk jantan juga sulit untuk dilakukan stripping karena harus dialkukan pembedahan. Oleh karena itu setelah  dilakukan penyuntikan induk betina dan induk jantan sebaiknya langsung dimasukkan ke dalam kolam atau bak pemijahan yang telah dilengakapi dengan alat untuk penempelan telur dan dibiarkan memijah sendiri.
            Selama proses pemijahan, pengontrolan alat penempelan telur harus dilakukan setiap hari. Biasanya dua hari setelah penyuntikan induk-induk akan memijah dan telur-telurnya akan terlihat memenuhi permukaan substrak. Warna telur ikan betutu yang adalah keabu-abuan. Seekor induk ikan betutu dengan ukuran 300-500 gram dapat menghasilkan telur 20.000- 40.000 butir.

F. Vekunditas ikan betutu
            Ikan betutu yang hidup di alam bebas memiliki periode pemijahan yang relatif pendek dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Ikan betutu tidak melakukan pemijahan sendiri-sendiri, tetapi secara berkelompok. Ikan jantan dan betina ynag sudah matang kelamin bersama-sama bermigrasi ke daerah-daerah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan airberdaun atau berbatang halus sebagai persiapan untuk meletakkan telur-telurnya. Di tempat tempat tersebut, ikan betutu melakukan pemijahan dan bertelur.
            Telur ikan betutu bersifat menempel pada substrak yang ada di dalam air, seperti batu, kayu, asbes  dan benda-benda lain. Telur ikan betutu akan menetas dalam waktu 7 hari pada suhu 240C, 5 hari pada suhu 26,50C dan pada suhu 280C akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pemijahan ikan betutu dengan system hipofisasi dapat menetas 90% pada suhu 260C-280C.
            Seekor ikan betutu dengan berat Menurut Tavarutmanegul (1988) ikan betutu produktif pada ukuran 250-500 gram/ekor dengan fekunditas 24.000 butir telur. Sedangkan Widiyati (1992) melakukan uji coba memijahkan ikan betutu dan memperoleh hasil ikan betutu dengan ukuran 400g yang diberi pakan buatan dengan kandungan protein 47% selama 3 bulan akan memiliki fekunditas 40.000 butir telur. 

G. Penetasan dan perawatan telur
            Telur yang telah dibuahi dapat ditetaskan didalam akuarium dengan kap[asitas 40 liter. Akuarium yang digunakan untuk penetasan telur diberi aerasi yang tidak terlalu besar. Penetasan tekur dapat juga dilakukan didalam bak beton dengan ukuran 1,5 x 1,5 x 1 m. penetasan dilakukan dengan cara memindahkan substrak tempat telur-telur menempel kedalam akuarium atau bak penetasan yang telah dibersihkan terlebih dahulu. Selama proses penetasan telur sesering mungkin dilakukan sirkulasi air dalam bak penetasan. Jika memungkinkan air dapat dialirkan secara terus-menerus. Selama proses penetasan usahakan suhu air stabil pada suhu 260C-280C. larva ikan betutu yang baru menetas berukuran rata-rata 3mm dengan berat 0,2 mg.

H. Perawatan dan pemeliharaan larva
            Larva ikan betutu yang baru menetas dapat dipindahkan kedalam bak pemeliharaan atau dapat juga dibiarekan didalam bak penetasan selama beberapa waktu sdamp[ai kuat untuk dipindahkan. Jika di biarkan didalam bak penetasan sisa-sisa telur ysngtidak menetas dan kotoran-kotoran lain dibuang dengan cara disifon dengan menggunakan selang sifon. Larva ikan betutu yang bartu menetas belum memerlukan pakan tambahan karena masih memiliki kandungan kuning telur (yolk shell). Persediaan makanan tersebut akan habis setelah 3-4 hari sejak penetasan. Oleh karena itu pada hari ke 4 larva ikan betutu sudah mulai  diberi pakan tambahan berupa kenung telur ayam yamg telah direbus kemudian dicampurkan dengan air hingga larut semua.
            Penyiponan bak atau akuarium pemeliharaan dilakukan 4 kali sehari pergantian air sebanyak 35 % dilakukan setiap hari. Dosis pakan yang diberikan (kuning telur) sebanyak 1 butir perhari/bak atau akuarium. Selain pakan tambahan ikan betutu juga dapat diberi pakan alami seperti Clorella, Moina, Rotifera dan Sufosutoria sp. Setelah larva berumur 15 - 20 hari baru diberi kultur Daphnia san Artemia. Pada saat ikan mencapai ukuran 3 - 5 cm dapat diberi cacing sutra atau tepung ikan. Selama pemeliharaan larva suhu harus dipertahankan antara 270C - 280C, keasaman (pH) air antara 7 - 7,2 dan pergantian air dilakukan setiap hari.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar