Cari Blog Ini

Sabtu, 25 September 2010

PEMBENIHAN IKAN ALIGATOR (Atractosteus spatula)

PENDAHULUAN

               Salah satu ikan hias yang sampai saat ini memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan aligator. Ikan tersebut merupakan ikan purba berukuran besar dan tergolong ikan karnivora. Sampai saat ini teknik pengembangbiakannya belum banyak diketahui, baik oleh produsen maupun penggemar ikan hias. Beberapa pembudidaya memang sudah berhasil memijahkan ikan aligator ini melalui teknik kawon suntik, tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Ikan aligator banyak diminati baik didalam negeri maupun di luar negeri. Ikan tersebut sekarang banyak digunakan sebagai ikan hias karena warna sisiknya yang indah.

MENGENAL SOSOK ALIGATOR LEBIH DEKAT

               Ikan ini memiliki bentuk tubuh silindris memanjang menyerupai torpedo. Sirip punggung dan sirip dubur aligator terletak pada bagian belakang tubuh pada posisi hampir berlawanan. Mulutnya bermoncong panjang mirip buaya. Oleh karena itu, ikan ini disebut ikan buaya. Ikan yang bergigi tajam ini dilindungi sisik yang berfungsi sebagai perisai. Sisiknya merupakan ganoid berbentuk intan yang saling bertaut.
               Ikan aligator umumnya berwarna coklat atau kehijauan pada bagian atas tubuhnya. Bagian bawah tubuhnya yaitu didaerah perut berwarna agak terang. Warna daging aligator kemerahan, sedangkan telur berwarna kehitaman. Menurut informasi daging ikan aligator dapat dimakan sedangkan telurnya yang berbentuk bulat sangat beracun bagi manusia, hewan dan unggas air.
               Ikan aligator jantan memiliki testis sedangkan ikan betina memiliki ovarium. Ikan ini memiliki jantung, hati, ginjal dan saluran pencernaan. Pada ikan betina hati sangat penting untuk pembentukan bakal kuning telur. Ikan aligator agak sukar dibedakan antara jantan dan betina. Perbedaannya akan terlihat bila sudah mencapai kematangan gonad. Ikan tersebur dibedakan berdasarkan pengamatan pada morfologi tubuh. Induk betina perutnya menonjol, lebih lunak, dan besar. Sementara induk jantan biasanya lebih ramping.

 

KEGIATAN PEMBENIHAN

1.  Seleksi Induk

               Sebelum ikan dipijahkan, perlu dilakukan seleksi induk. Badan induk tersebut harus lurus dan gemuk. Biasanya induk ikan aligator yang dapat dipijahkan memiliki bobot tubuh mulai dari 1 Kg.
               Induk yang berukuran besar akan mengeluarkan lebih banyak telur dibandingkan induk yang berukuran kecil. Selain itu induk yang dipilih harus sehat, tidak cacat, tidak luka, tidak ditempeli parasit dan matang gonad. Induk pun harus lincah serta berwarna cerah dan tidak gelap. Tutup insang induk harus menutup sempurna dan siripnya lengkap. Induk dengan kriteria tersebut umumnya dapat diperoleh dengan teknik pemeliharaan yang baik.

2.  Kematangan Gonad

               Kematangan gonad ikan aligator perlu waktu yang cukup lama dan biasanya dicapai setelah ikan berukuran besar. Kematangan gonad ditandai dengan peningkatan nilai indeks gonadosomatic (IGS), yaitu perbandingan antara bobot gonad dan bobot tubuh yang dinyatakan dalam persen. Menurut informasi, indeks gonadosomatic untuk betina aligator mencapai nilai tertinggi pada musim gugur yang mencapai 9,6 %.
               Induk betina yang sudah matang gonad, perutnya membesar sampai kearah anus. Induk betina yang sudah siap memijah akan memiliki warna urogenital yang merah (gambar.2). sementara jantan yang sudah mencapai kematangan gonad, biasanya kalau diurut dari bagian dada kearah ujung ekor akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih. Tanda inilah yang dapat digunakan untuk membedakan antara induk jantan dan betina dengan mudah.
 







Gambar 2. Aligator betina yang matang gonad


3.  Proses Pemijahan

Ikan Aligator di Indonesia tidak dapat dibiakkan secara alamiah di dalam wadah budidaya.  Oleh karena itu, digunakan cara lain melalui pemijahan buatan yang dikenal sebagai kawin rangsang atau kawin suntik (induced breeding).  Caranya yaitu melalui penyuntikan hormon ovaprim yang berisi a-LHRH dan antidopamin.  Penyuntikan biasanya dilakukan dua kali.  Suntikan pertama diberikan sebanyak 30% dari dosis dan suntikan kedua sebanyak 70% dengan dosis sebesar 0,7 ml/kg. Ovulasi dan pemijahan terjadi setelah tujuh jam penyuntikan kedua.  Pada saat proses pemijahan akan terdengar suara percikan dan bunyi kepakan sirip di air.

4.  Inkubasi Dan Penetasan

               Inkubasi dan penetasan dilakukan didalam akuarium terpisah. Penetasan telur ikan buaya berlangsung lama. Biasanya telur menetas dalam   6-8 hari setelah pemijahan. Ujung ekor tempak mulai mencuat ke luar pada hari kedua, tetapi penetasan yang sempurna baru terjadi pada 6-7 hari setelah penetasan.
               Selanjutnya telur yang telah menjadi larva menghabiskan kuning telur selama seminggu. Setelah itu larva mulai memakan pakan yang berasal dari luar tubuhnya. Setelah menetas, larva menempel ketanaman air dengan alat seperti cakram pada ujung moncongnya sampai berukuran panjang tiga perempat inci. organ tersebut kemudian menghilang ketika ikan tumbuh dewasa.
               Untuk mengurangi terjadinya serangan jamur, penetasan dilakukan pada kepadatan rendah. Untuk dua substrat yang penuh berisi telur dapat digunakan sebuah akuarium bervolume 100 liter. Untuk menekan petumbuhan jamur yang menyerang telur (Saprolegnia) ke dalam air media penetasan dapat ditambahkan biru metilen (methylene blue) sebanyak 2 ppm. Pergantian air tidak perlu dilakukan selama penetasan karena kepadatannya rendah. 
               Ikan aligator merupakan ikan yang berkembang biak dengan cara substrat spawner  (peletak telur di substrat) dimana telur ikan aligator menempel pada rerumputan atau juga dapat dibuat tali rafia yang dipotong sepanjang       30 cm yang salah satu ujungnya diikat hingga menyatu.

5.  Perawatan Larva

               Setelah embrio menetas seluruhnya menjadi larva, dilakukan pergantian air. Pada saat telur baru menetas larva ikan aligator masih memiliki kunig telur yang cukup besar. Kunig telur ini berperan sebagai cadangan makanan. Walaupun ikan aligator yang berukuran besar memiliki alat pernafasan tambahan, tetapi pada ukuran larva sampai ukuran 3 inci belum berkembang sempurna sehingga masih sangat tergantung pada oksigen yang tersedia di dalam air.
               Pemberian artemia dilakukan sampai larva berumur seminggu.  Larva ikan alligator berukuran besar sehingga harus diberi kutu air (Daphnia) dan larva ikan lainnya.  Larva ikan yang dapat diberikan berupa larva ikan mas.
               Meskipun ikan aligator tergolong ikan yang tahan terhadap lingkungan yang buruk, pergantian air tetap harus dilakukan. Menurut data (Muhammad Zairin, 2004) tingkat kelangsungan hidup larva masih rendah yaitu sebesar 50%.




DAFTAR PUSTAKA


Zairin, Muhammad Jr. 2004. Budidaya Ikan Aligator. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://www.fisheries.org.

PEMBENIHAN BELUT SAWAH (Fluta alba)

A.        PENDAHULUAN
Sampai sekarang ini belut masih jarang dibudidayakan secara komersial.  Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, tangkapan dari alam masih menjadi andalan.  Kalaupun ada yang membudidayakannya, masih dalam skala rumah tangga.  Padahal, permintaan pasar terhadap belut sangat besar.  Contohnya, Singapura setiap bulannya membutuhkan sekitar 50 ton belut, Malaysia meminta jumlah yang sama, Taiwan dan Jepang masing-masing memesan 100 ton.
Di berbagai daerah lainnya, belut menjadi salah satu bahan pakan yang disukai masyarakat.  Selain enak dan gurih rasanya, daging belut juga dapat membantu pemenuhan gizi keluarga.  Sesuai dengan program pemerintah dalam rangka mencerdaskan bangsa dan memerangi kemiskinan, beternak belut adalah sebuah upaya yang perlu digalakkkan untuk menunjang maksud tersebut.
Bahkan dalam forum international pun belut merupakan sumber protein hewani yang dianjurkan . Berikut ini perbandingan kandungan Gizi Belut dibanding dengan sumber gizi lain seperti telur dan daging sapi.
No.

Zat  Gizi
Belut
Telur
Daging sapi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Fospor
Kalsium
Zat  Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
A i r
303
14,0  gr
27,0  gr
0,0  gr
200    gr
20    mg
20    mg
1.600 SI
0,10 mg
2,0  mg
58   gr
162
12,8 gr
11,5 gr
0,7  gr
180 gr
54 mg
2,7 mg
900 SI
0,10 mg
0,0   mg
74,0 gr
207
18,8 gr
14,0 gr
0,0 gr
170 gr
11 mg
2,8 mg
30    SI
0,08 mg
0,0  mg
66   gr

Dalam forum internasional belut dianjurkan sebagai sumber gizi ikan yang pernah dipromosikan pemasarannya dalam  “ Kongres Gizi Asia III “ di Hotel Indonesia Jakarta pada tanggal 7 – 10 Oktober 1980.
Naiknya permintaan belut akhir-akhir ini banyak dipengaruhi oleh banyaknya orang yang mengkonsumsi belut sebagai lauk utama yang lezat dan gurih serta berprotein tinggi.  Hal ini mengakibatkan kebutuhan belut setiap harinya bisa mencapai ratusan kg.  Ditambah dengan kebutuhan untuk ekspor, jumlah populasi belut yang ada baru bisa memenuhi 5% dari total kebutuhan.
Negara importir belut dari Indonesia sekarang adalah Hong Kong, Jepang, Prancis, Korea, Belanda dan Australia.  Pasar Jepang membutuhkan banyak sekali pasokan belut karena di negara ini ada hari makan belut setiap minggunya.
Dengan memperhatikan kebutuhan belut yang sangat banyak dan harga yang cukup menggiurkan misalnya di pasar Ciroyom Bandung harga belut mencapai Rp.12.000/kg dan untuk bibit mencapai harga Rp.100-1.000/ekor. Melihat hal ini bukan tidak mungkin belut akan makin diminati untuk dibudidayakan.  Bahkan jumlah kebutuhannya pun akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

B.       MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI BELUT
Walaupun tidak memiliki kaki, belut merupakan binatang melata yang termasuk bangsa ikan dan bukan jenis ular sebagaimana angapan orang yang enggan mengkonsumsinya.  Hewan air ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip.  Bentuk badannya bulat panjang dan berlendir banyak sehingga tidak mudah ditangkap kecuali oleh mereka yang sudah mengetahui bagaimana cara menangkapnya. 
Belut memiliki mata kecil dan sipit, bermulut kecil bagai lipatan kulit, serta bergigi halus dan runcing.  Belut berjalan dengan mengesotkan badan secara berlenggak-lenggok dengan cepat.
Adapun klasifikasi dari belut adalah :
Class                              : Pisces
Sub Class                       : Teleoski
Ordo                               : Syunbrnchoidae
Famili                             : Syubranchidae
Genus                            : Fluta
Spesies                          : Fluta alba



C.       KEBIASAAN HIDUP BELUT
Belut mampu hidup dilumpur dan di air keruh.  Kemampuan ini didapat karena belut memiliki alat pernapasan tambahan berupa kulit tipis berlindir yang terdapat di rongga mulutnya.  Alat ini berfungsi menghirup oksigen langsung dari udara.  Sementara itu, insangnya mengisap oksigen dari dalam air.  Kebiasaan menghirup langsung dari udara tampak ketika belut menyembul dari liang tempat tinggalnya.
Secara alamiah, belut memakan berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh ke dalam air, seperti serangga, siput, cacing, anak katak, dan anak ikan.  Jadi, belut termasuk hewan karnivora (pemakan daging).  Untuk belut yang masih kecil biasanya memakan zooplankton yang halus, seperti protozoa, mikrocrustacea dan invertebrata mikroskopik.
Dalam menangkap hewan yang akan dimangsanya, belut akan melakukan tipu daya dengan cara memasang perangkap berupa lubang tanah berlumpur yang digali di tepi perairan ataupun dipinggir sawah.  Lubang ini berdiameter 5 cm.  Awalnya lubang ini tegak lurus, lalu membelok datar.  Dari sinilah belut menangkap mangsanya yang lewat.
Dilihat dari sisi alat kelamin, belut memperlihatkan daya tarik tersendiri.  Belut tergolong hewan yang bisa mengalami pergantian alat kelamin, dari betina berubah menjadi jantan.  Ketika muda alat kelamin belut adalah betina.  Setelah dewasa (biasanya setelah berumur sembilan bulan) berubah menjadi jantan.  Belut betina berwarna lebih cerah atau lebih muda, hijau muda pada punggung dan putih kuning pada perut.  Belut jantan berwarna abu-abu gelap.  Badannya lebih panjang dengan kepala lebih tumpul.




D.       PERKEMBANGBIAKAN BELUT
Adapun ciri-ciri induk belut yang baik adalah sebagai berikut :
*            Ciri-ciri induk jantan yang baik
§  Berukuran panjang lebih dari 40 cm
§  Warna permukaan kulit lebih gelap atau abu-abu
§  Bentuk kepala tumpul
§  Usianya di atas sepuluh bulan
§  Ukuran kepala lebih besar
§  Sisi perut kasar dan tidak bening
*            Ciri-ciri induk betina yang baik
§  Berukuran panjang antara 20-30 cm
§  Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda
§  Bentuk kepala runcing dan lebih kecil
§  Warna punggung hijau muda dan warna perut putih kekuningan
§  Usianya di bawah sembilan bulan
*            Cara berkembang biak
Secara alami, belut berkembang biak satu tahun sekali dengan masa perkawinan yang sangat panjang, yaitu permulaan musim hujan sampai permulaan musim kemarau (lima bulan).  Perkawinan belut biasanya terjadi pada malam hari di bawah suhu 280C.
Pada musim kawin, belut jantan tampak berbondong-bondong ke perairan dangkal membuat lubang untuk kawin.  Lubang ini berbentuk U.  Belut jantan akan membuat gelembung-gelembung di permukaan air lubang ini.  Gelembung ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis untuk datang ke lubang.
Setelah betina yang dinanti tiba, pasangan ini akan bercumbu sebelum perkawinan berlangsung.  Ketika kawin, telur dari betina dikeluarkan disekitar lubang dibawah busa yang mengapung pada permukaan air.  Seekor induk betina dapat bertelur 50-400 butir.
Telur yang sudah dibuahi dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan di dalam lubang persembunyian. Kemudian belut betina akan segera meninggalkan lubang karena belut jantan menjadi sangat pemberang ketika menjaga telur-telurnya.
            Telur-telur belut di alam bebas akan menetas 9-10 hari setelah dibuahi pada air dengan suhu 28-320C.  Biasanya larva yang diperoleh dari hasil pemijahan adalah 100-200 ekor (SR=25-50%).  Anak-anak yang menetas untuk sementara diasuh oleh induk jantan.  Setelah berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa berenang sendiri meninggalkan sarang penetasan.  Mereka sudah mampu menggali lubang dan mencari pakan sendiri di tempat lain.

E.        PEMBENIHAN BELUT
1.        Persiapan wadah
Dalam budidaya belut setidaknya harus tersedia empat jenis kolam, yaitu kolam penampungan induk, kolam pemijahan, kolam pendederan, dan kolam pembesaran.  Ukuran keempat jenis kolam di atas tidak sama dan diberi media pemeliharaan. Berikut ini ukuran setiap jenis kolam.
§  Kolam penampungan induk, minimal berukuran 125 cm x 125 cm dengan kedalaman 80 cm
§  Kolam pemijahan, berukuran 250 x 250 cm dengan kedalaman 100 cm.
§  Kolam pendederan, berukuran 500 x 500 cm dengan kedalaman 100 cm
§  Kolam pembesaran, berukuran 500 x 500 cm dengan kedalaman 120 cm.
Sebelum air dimasukkan, saluran pemasukan air diamankan terlebih dahulu dengan diberi saringan kawat kasa untuk menghindari minggatnya belut dari kolam.  Kolam berwujud seperti sawah.
2.        Seleksi induk
Induk yang akan dipijahkan di dalam kolam sebaiknya telah memenuhi syarat ukuran badan.  Induk betina memiliki panjang dibawah 30 cm, dan induk jantan sekitar 40 cm.  Pada ukuran tersebut biasanya induk sudah siap kawin.  Perbandingan induk di dalam kolam adalah 1 induk jantan dan 2 induk betina untuk tiap 1 m2 kolam
3.        Pemeriksaan setelah berpijah
Setelah induk dimasukkan dalam kolam pemijahan, kolam harus ditutup dengan anyaman bambu untuk menciptakan suasana dingin dan gelap, sebagaimana habitat alami belut.
Pakan untuk induk berupa 0,5 kg dedak halus dicampur 100 gram konsentrat untuk lele.  Pakan itu ditabur setiap sore secara merata di atas permukaan lumpur kolam atau ditaruh dalam jaring  yang ditaruh pada setiap sudut kolam.
Selama proses pemijahan, air harus tetap mengalir walau secara perlahan-lahan.  Ketinggian air sekitar 5 cm di atas permukaan lumpur.  Setiap hari kolam harus diperiksa.  Kalau sudah mulai terlihat gelembung-gelembung busa, tandanya belut sudah membuat lubang untuk perkawinan.  Selanjutnya setiap gelembung busa diberi tanda dengan menancapkan bambu guna memudahkan penangkapan benih hasil perkawinan.
Busa tersebut akan tetap terlihat sampai 10 hari kemudian, setelah itu akan menghilang.  Hilangnya busa menunjukkan kalau perkawinan sudah selesai berlangsung.
4.        Penetasan telur
Menetasnya telur belut tinggal menunggu waktu saja.  Biasanya sepuluh hari telur sudah menetas.  Sebelum menetas peternak belut harus mengawasinya dengan baik.  Setelah anak-anak belut berumur 5-8 hari atau panjangnya antara 1,5-2,5 cm, sebaiknya segera diambil.  Pada umur ini benih belut belum mampu menyebar ke berbagai penjuru untuk menggali lubang.  Benih belut masih berkumpul di lubang sarang ayahnya.




Daftar Pustaka

Sundoro, S. 2005.  ”Belut Budidaya dan Pemanfaatannya”, Agromedia Pustaka : Jakarta

Sarwono, B. 2005.  ”Budidaya Belut dan Sidat”, Penebar swadaya : Jakarta

PEMBENIHAN BELUT RAWA (Synbranchus bengalensis)

I.          PENDAHULUAN

Belut rawa (Synbranchus bengalensis) merupakan salah satu jenis dari dua jenis belut  yang umum yaitu belut rawa dan belut sawah (Monopterus albus). Belut merupakan hewan melata tanpa kaki dari bangsa ikan bukan dari bangsa ular. Mungkin karena banyak masyarakat menganggap belut dari bangsa ular merupakan sebab utama masyarakat enggan mengkonsumsi belut.
Pada negara seperti Jepang, Italia, Jerman, Selandia Baru, Belanda, USA, Inggris, RRC, Hongkong, Korea dan banyak negara lainnya belut merupakan menu istimewa dan banyak terdapat di restoran kelas atas. Terbukti bahwa Negara-negara tersebut menjadi negara konsumen belut terbesar di dunia, bahkan Jepang per minggunya mengkonsumsi 1.000 ton belut. Sedangkan dari Negara Jepang sendiri baru terpenuhi sebesar 100 ton dan impor dari Taiwan dan RRC sebanyak 200 ton, jadi untuk pasar Jepang saja masih memiliki peluang sebanyak 700 ton belut per minggunya.
Akhir-akhir ini permintaan terhadap belut memang meningkat tajam karena banyaknya orang yang mengkonsumsi belut sebagai lauk utama dan gurih serta berprotein tinggi. Namun hal tersebut tidak disertai dengan produksi yang mencukupi, baik untuk pasar lokal maupun pasar internasional, bahkan jumlah produksi belut yang ada pada saat ini hanya mencukupi 5% dari kebutuhan.
Untuk itu perlu suatu usaha budidaya yang nantinya dapat menjawab semua tantangan pasar tersebut. Permintaan belut yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan harga belut yang cukup menggiurkan bukan tidak mungkin belut akan diminati untuk dibudidayakan. Usaha budidaya tersebut dapat berupa usaha pembenihan maupun usaha pembesarannya.

II.        MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI BELUT RAWA

Hewan air ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip.  Bentuk badannya bulat panjang dan berlendir banyak sehingga tidak mudah ditangkap kecuali oleh mereka yang sudah mengetahui bagaimana cara menangkapnya. Belut rawa memiliki tubuh yang ramping dengan perbandingan tinggi badan dan panjang badan 1:30. Belut rawa memiliki jari-jari lunak kecil sebanyak 10 buah. Berbeda dengan belut sawah belut rawa dapat hidup di air payau.
Belut memiliki mata kecil dan sipit, bermulut kecil bagai lipatan kulit, serta bergigi halus dan runcing.  Belut berjalan dengan mengesotkan badan secara berlenggak-lenggok dengan cepat.
Berikut ini adalah klasifikasi dari belut rawa :
Class                           : Pisces
Sub Class                    : Teleoski
Ordo                            : Syunbrnchoidae
Famili                          : Syubranchidae
Genus                         : Synbranchus
Spesies                       : Synbranchus bengalensis

III.       PERKEMBANGBIAKKAN

  1. Ciri-ciri induk jantan yang baik dan siap memijah
1)    Ukuran panjang lebih dari 40 cm
2)    Permukaan kulit bewarna gelap atau abu-abu
3)     Bentuk kepala tumpul
4)     Usianya di atas sepuluh bulan
5)     Ukuran kepala lebih besar
6)     Sisi perut kasar dan tidak bening

  1. Ciri-ciri induk betina yang baik dan siap memijah
1)    Berukuran panjang antara 20-30 cm
2)    Permukaan kulit bewarna lebih cerah atau lebih muda
3)    Bentuk kepala runcing dan lebih kecil
4)    Warna punggung hijau muda dan warna perut putih kekuningan
5)    Usianya di bawah sembilan bulan

  1. Cara berkembang biak
Secara alami, belut berkembang biak satu tahun sekali dengan masa perkawinan yang sangat panjang, yaitu permulaan musim hujan sampai permulaan musim kemarau (lima bulan).  Perkawinan belut biasanya terjadi pada malam hari di bawah suhu 280C.
Pada musim kawin, belut jantan tampak berbondong-bondong ke perairan dangkal membuat lubang untuk kawin.  Lubang ini berbentuk huruf U.  Belut jantan akan membuat gelembung-gelembung di permukaan air lubang ini.  Gelembung ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis untuk datang ke lubang.
Setelah betina yang dinanti tiba, sepasang induk belut tersebut akan bercumbu untuk melakukan perkawinan.  Ketika kawin, telur dari betina dikeluarkan disekitar lubang di bawah busa yang mengapung pada permukaan air dan induk jantan akan mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur tersebut.  Seekor induk betina dapat bertelur 50-400 butir. Telur yang sudah dibuahi dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan di dalam lubang persembunyian. Kemudian belut betina akan segera meninggalkan lubang karena belut jantan menjadi sangat pemberang ketika menjaga telur-telurnya.
Jika dalam wadah budidaya, untuk mengetahui apakah induk sudah bertelur maka diadakan pemeriksaan terhadap induk. Jika dipermukaan kolam sudah terdapat gelembung-gelembung busa, berarti pemijahan akan segera dimulai. Agar memudahkan dalam penangkpan benih nantinya, bagian yang berbusa diberi tanda dengan menancapkan bambu atau kayu kecil. Busa ini akan hilang dalam waktu 10 hari. Itu berarti belut telah selesai kawin. Telur-telur yang dihasilkan akan menetas dalam waktu 10 hari kemudian.

  1. Penetasan
            Telur-telur belut di alam bebas dan wadah budidaya akan menetas 9-10 hari setelah dibuahi pada air dengan suhu antara 28-320C.  Anak belut yang menetas untuk sementara diasuh oleh induk jantan. Biasanya, dari 50-400 butir telur yang dibuahi hanya 100-200 diantaranya yang berhasil menetas. Jika di dalam kolam budidaya, telur yang telah berumur 5 hari harus segera dipindahkan dari induknya ke kolam pemeliharaan larva.

  1. Pemeliharaan larva
Selain plankton dan jasad renik hasil pemupukan di kolam, larva belut dapat diberi makanan tambahan berupa kutu air,  jentik nyamuk, udang renik, pelet, atau kuning telur rebus. Udang renik bisa diperoleh dari kolam, genangan air, atau bak pengkulturan. Pelet harus ditumbuk terlebih dahulu sebelum diberikan. Kuning telur harus diremas-remas terlebih dahulu, tujuannya agar larva belut dapat dengan mudah memakannya.
Jumlah pakan yang diberikan untuk larva belut setiap harinya adalah 2% dari berat larva yang dipeihara dan diberikan selama 2 bulan.  Setelah 2 bulan benih tersebut dapat memakan bekicot yang dipotongpotong dan daging lainnya.

Pustaka : Sundoro, Sonson Ir, RM. 2005. Belut ; Budidaya dan Pemanfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.