Cari Blog Ini

Rabu, 06 Oktober 2010

PEMBENIHAN IKAN FRONTOSA


PENDAHULUAN


              Ikan frontosa (Cyphotilapia frontosa) merupakan salah satu jenis ikan siklid yang banyak diminati pasar ekspor. Ini terbukti dari permintaan pasar ekspor yang terus meningkat dan cenderung tidak mampu dipenuhi para peternak lokal. Salah satu sebabnya adalah terbatasnya produksi frontosa akibat masih sedikitnya peternak yang membudidayakannya.
              Pengetahuan tentang teknik pembenihan ikan hias ekspor ini perlu diketahui dengan mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan pembenihannya untuk menjawab kebutuhan akan permintaan para hobbies dalam dan luar negeri.

KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI


              Ikan frontosa mempunyai tubuh mirip seperti ikan mujair, yaitu badan agak memanjang, kepalanya nongnong, baik pada jantan maupun betina. Ciri khas frontosa yang tidak dimiliki oleh jenis ikan lain adalah corak tubuhnya bergaris vertikal dengan warna hitam putih maupun biru tua, putih berselang-seling. Warna dan corak frontosa bervariasi, tergantung varian jenis atau geografi (tempat asal).
             

              Adapun klasifikasi frontosa menurut Eschmeyer (2002) sebagai berikut :
Filum                     : Chordata    
Kelas                     : Actinopterygii        
Ordo                      : Perciformes
Famili                    : Cichlidae
Sub famili             : Pseudocrenilabrinae
Genus                   : Cyphotilapia
Spesies                : Cyphotilapia frontosa
Nama dagang     : Frontosa






Gambar 1. Ikan Frontosa

MENGENAL INDUK IKAN FRONTOSA


              Dalam pembenihan frontosa, penentuan jenis kelamin perlu diperhatikan. Penentuan jenis kelamin frontosa cukup sulit, terutama bagi mereka yang belum pernah memeliharanya. Frontosa merupakan hewan monomorphic, yaitu hewan yang tidak memiliki perbedaan atau sangat sedikit perbedaan antara jantan dan betina.
              Frontosa jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan tampilan fisiknya (Eko Budi, 2004).  Frontosa jantan biasanya bernongnong lebih besar dibandingkan dengan betina. Panjang tubuh jantan dapat mencapai 35 cm, sedangkan betina hanya 25 cm. Namum demikian, karakteristik tersebut bukan merupakan jaminan mutlak untuk membedakan jenis kelamin karena ada juga betina yang bernongnong besar dengan panjang tubuh seperti frontosa jantan.
              Beberapa indikator penentuan jenis kelamin frontosa dapat dilakukan bila ikan telah berukuran sekitar 7,5 cm dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut :

1.    Nongnong
Nongnong frontosa hampir selalu ada dan ukurannya bervariasi, terutama pada ikan jantan biasa. Namun, tidak ada jaminan bahwa frontosa betina tidak bernongnong. Pada beberapa kasus, ada frontosa betina juga bernongnong. Nongnong pada frontosa akan semakin besar setelah ikan berumur 2-3 tahun. 

2.    Venting
Venting adalah melihat alat kelamin ikan. Cara ini lenih tepat dilakukan pada ikan yang sudah dewasa atau minimal ukuran ikan 10 cm. Setiap ikan mempunyai dua lubang. Lubang bagian atas adalah anus, sedangkan lubang bagian bawah adalah alat kelamin. Jika pada alat kelamin terdapat vent lebih membulat, berarti ikan tersebut berjenis kelamin betina. Sementara jika vent berbentuk trianguler atau lancip maka dipastikan ikan tersebut jantan.
      Kedua indikator pembeda induk jantan dan betina pada ikan frontosa dapat dilihat pada gambar berikut :
 



                 





Gambar 2. Perbedaan Ikan Frontosa Jantan dan Betina


KEGIATAN PEMBENIHAN

1.  Persiapan Sarana Pembenihan


            Dalam usaha pembenihan Frontosa, sarana yang dibutuhkan meliputi bak pengendapan air, kolam pembenihan, dan akuarium pemeliharaan benih (sarana utama) serta alat ukur pH, kesadahan, thermometer, dan heater (sarana pendukung).
            Kolam pembenihan Frontosa berupa bak semen berukuran 4m x 2m x 0,6m atau juga dapat digunakan bak fiberglass.  Bak atau kolam pembenihan Frontosa  sebaiknya berbentuk persegiempat.  Sementara jumlahnya disesuaikan dengan jumlah induk yang ingin dipelihara.

2.  Pengadaan dan Pemilihan Induk


            Untuk pembenihan, sebaiknya dipilih indukan frontosa yang berkualitas. Frontosa yang sudah matang gonad berusia 3-4 tahun Calon indukan yang dimaksud adalah calon induk yang tidak cacat secara fisik. Selain itu, dipih juga induk yang berukuran besar dan bernongnong besar diantara yang lain. 

3.  Perawatan Induk Sebelum Pemijahan

            Jumlah calon induk yang dipelihara yaitu 13-16 ekor ikan berukuran 20-30 cm dengan perbandingan 2 ekor jantan dan 12-15 ekor betina.  Selama dalam kolam, induk diberi pakan alami atau pellet sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 06.00, 12.00, dan 16.00.  Pelet yang baik untuk induk Frontosa adalah pellet yang komposisi proteinnya mendukung untuk berhasilnya proses pemijahan berupa Tetra Cichlid dan Tetra Spirulina Flake.

4.  Proses Pemijahan

              Proses pemijahan akan terjadi jika kondisi atau kualitas air yang diinginkan oleh calon induk sesuai.  Induk akan memijah pada kondisi pH air 8-9, suhu 26-28o C, kesadahan  9-12 0dH, dan kandungan amoniak dibawah 0, 5  ppm. 
            Jumlah sel telur yang berhasil dibuahi oleh induk jantan bervariasi, yaitu antara 10-80 telur, tergantung umr dan besar tubuh induk ikan betina.  Setelah terjadi pembuahan,  yaitu sekitar 20 menit kemudian, induk betina akan mengambil telur tersebut dan dimasukkan ke dalam rongga buccal  di mulutnya (Moutbrooder) untuk dierami.  Oleh karena itu, dalam pembenihan Frontosa tidak diperlukan substrat untuk meletakkan telurnya.

5.  Penetasan Telur

            Secara alami telur akan dierami hingga menetas di dalam mulut induk betina selama 30 hari.  Pengambilan larva harus dilakukan secara hati-hati.  Usahakan induk tidak berontak dan tidak memuntahkan larva yang ada di dalam mulutntya.  Setelah ikan tidak berontak, mulut ikan dibuka dengan menggunakan pinset secara hati-hati, lalu larva dikeluarkan secara perlahan.

6.  Perawatan Larva

              Larva yang baru dipanen dipelihara dalam akuarium ukuran 40 cm x 25 cm x 25 cm. Padat penebaran sekitar 40 – 80 ekor larva. Pemeliharaan larva frontosa harus memperhatikan aspek kualitas air, yaitu suhu air dipertahankan antara 26-280C, pH air sekitar 8-9, dan kekerasan    9-12odH.
              Pada saat larva berumur satu minggu, larva belum perlu diberi pakan karena masih terdapat cadangan makanan (yolk) pada kantong perutnya. Setelah cadangan makanan dikantong perutnya habis, larva sudah dapat diberi pakan berupa kutu air. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari.

7.  Pemanenan Benih

              Benih frontosa sudah bisa dipanen pada umur 2 bulan atau setelah berukuran 2,5cm. Pemanenan benih pada umur tesebut dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar lokal. Namun, untuk memenuhi permintaan ekspor baru bisa dipanen setelah umur 5 bulan atau telah berukuran sekitar 5cm. Setiap induk Frontosa yang memijah biasanya mampu menghasilkan 40-80 ekor benih/pemijahan dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) sebesar  80 %.

DAFTAR PUSTAKA


Budi, Eko. 2004. Frontosa Ikan Hias Unggulan Ekspor. Penebar Swadaya. Jakarta.

http://www.frontosa.com
 

PEMBENIHAN IKAN DISKUS RED EAGLE (Symphysodon aequifasciata aequifasciata)

Ikan diskus lebih dikenal dengan sebutan raja ikan hias air tawar, ikan ini berasal dari pedalaman rimba Amazon Brasil.  Diskus tergolong dalam keluarga Cichilidae dari genus Synphysodon.  Ikan ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1840 oleh seorang ichtyologist (serupa dengan sarjana perikanan) berkebangsaan Austria bernama Dr. Johan Jacob Heckel.  Pada masa awal tersebut telah dapat diidentifikasi empat macam diskus yaitu:
1.      Heckel Discus (Symphysodon discus Heckel), memiliki ciri khas yang membedakannya dengan diskus yang lain yaitu bar hitam vertikal kelima di tubuhnya lebih tebal daripada yang lain.
2.      Brown Discus (Symphysodon aequifasciata axelrodi), ciri dari diskus ini adalah memiliki warna dominan antara kuning sampai coklat lemerahan.  Garis-garis warna kebiruan kadang-kadang memotong dari kepala ke separuh badannya, tetapi kebanyakan corak garis tersebut hanya menghiasi bagian muka dan ujung-ujung siripnya.
3.      Green Discus (Symphysodon aequifisciata aequifisciata), tubuh diskus ini memiliki warna dasar coklat pucat kehijauan yang dihiasi dengan  bintik merah yang menyebar di sekujur tubuhnya.
4.      Blue Striated discus (Symphysodon aequifisciata haraldi), memiliki tubuh yang berwarna kecoklatan dengan dihiasi garis-garis memanjang berwarna biru.
            Untuk lebih jelasnya sistematika  diskus red eagle sebagai berikut :
Ordo                      : Percomorphidei
Subordo                : Percoidea
Famili                    : Cichidae
Genus                    : Symphysodon
Spesies                  : Symphysodon aequifisciata aequifisciata
            Harga benih dan induk diskus saat ini masih tergolong mahal.  Induk yang sedang mengerami rata-rata seharga Rp. 350.000 per pasang.  Sementara harga  benih tergantung ukurannya.  Benih seukuran uang logam seratus rupiah berharga Rp. 40.000-50.000.


II. PEMIJAHAN DISKUS

A.    Perawatan Calon Induk
            Untuk pemijahan diskus terlebih dahulu disiapkan aquarium berkapasitas 135 liter atau berukuran panjnag 80 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 40 cm. Calon induk yang dipilih harus sehat, sisi tersusun rapi, sirip tidak cacat, bentuk tubuh bulat, gerakan wajar tidak menyentak-nyentak atau terlalu lamban serta mata menonjol wajar tidak melotot keluar.  Ikan diskus akan mencapai dewasa kelamin selepas umur sembilan bulan.  Diskus betina akan mencapai kematangan gonad lebih cepat daripada jantan.  Pada usia 9 bulan diskus betina sudah dapat menghasilkan telur sedangkan jantan dapat membuahi telur pada umur 12-14 bulan.  Pada usia 9 bulan tesebut dalam perkembangan yang normal diskus dapat mencapai ukuran 5 inci.  Pada perawatan calon induk pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak 3 kali sehari dengan cacing sutera atau jentik nyamuk. 

B.     Seleksi Induk
            Untuk dapat membedakan jenis kelamin diskus, sebaiknya calon induk yang dipilih berasal dari tempat yang sama dan dipelihara secara bersama-sama.  Perbedaan induk jantan dan betina dapat dilihat sebagai berikut :
1.      Jantan
-          bibir atas lebih menonjol daripada bibir bawah
-          memiliki hidung yang bentuknya agak bengkok
-          warna tubuh lebih cerah dan terang
-          memiliki bentuk tubuh yang lebih besar
-          memiliki organ genital berbentuk lebih membulat dengan panjang sekitar 1,5 mm
-          sirip dorsal dan anal lebih panjang dan meruncing
-          gerakan lebih refleks
2.      Betina
-          memiliki bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dan bawah
-          memiliki hidung yang bentuknya lurus
-          warna tubuh agak pucat
-          memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan jantan
-          memiliki alat genital yang bentuknya agak lonjong dengan ujung menumpul dan panjang mencapai 3 mm
-          memiliki sirip dorsal dan anal yang membulat.


C.     Persiapan Pemijahan
Aquarium yang akan digunakan dalam pemijahan harus ditempatkan dalam ruangan yang tertutup dan gelap.  Hal ini dilakukan dengan melihat sifat dasar discus yang menghendaki lingkungan yang tenang.  Sebaiknya aquarium pemijahan diletakkan pada ketinggian 120 cm dari lantai.  Persiapan pertama dalam pemijahan diskus ini adalah pembersihan aquarium yang akan digunakan, lumut-lumut yang menempel di kaca disikat sampai bersih dan aquarium disucihamakan dengan menggunkan larutan PK dengan dosis rendah.  Letak aquarium harus dalam bidang yang datar, setelah itu masukkan air yang bersih usahakan air yang digunakan bukan dari air PAM.  Ketinggian air dalam aquarium sebaiknya 3 cm di bawah bibir aquarium, hal ini dilakukan untuk menghindari tumpahan air kalau discus bergerak agak keras.s
Setelah aquarium diisi air, masukkan alat-alat yang diperlukan seperti alat penempel telur yang berupa pipa paralon berukuran 4 inci.  Alat penempel telur ini sebaiknya diletakkan di tengah aquarium.  Setelahs alat penempel telur, masukkan selang aerator bersih dengan diberi pemberat.  Langkah selanjutnya adalah emmasang thermostat.  Untuk melengkapi dalam pemijahan discus, sebaiknya disediakan lampu neon merah 10 watt.  Induk yang telah dewasa dan berpasang-pasangan dimasukkan dalam aquarium sepasang demi sepasang, dimana pemindahannya dilakukan 2 bulan menjelang induk-induk akan berproduksi.  Penggantian air sangat penting dalam persiapan pemijahan discus karena akan dapat membantu dalam meningkatkan nafsu makan discus sehingga mampu untuk mematangkan telur lebih cepat.  Untuk mengganti air aquarium sebaiknya dilakukan setiap satu minggu sekali dengan cara membuang air sebanyak ¼ bagian.

D.    Proses Pemijahan
            Induk  diskus yang sudah tiba waktunya bertelur akan mencari tempat yang dianggapnya cocok untuk tempat memijah, dalam 3 sampai 10 hari kemudian biasanya proses perkawinan mulai berlangsung.  Hal tersebut ditandai dengan dimulainya ritual tarian.  Pada saat tersebut warna tubuh diskus akan terlihat sangat intens, sirip-sirip mengembang penuh, dan mata terlihat berbinar.  Di sela-sela tarian tersebut apabila telah menemukan tempat bertelur seperti pipa PVC, pot bunga, pecahan genting, atau keramik.  Induk diskus akan membersihkan substrat-substrat tersebut sampai benar-benar bersih.  Setelah dirasa cukup bersih, pasangan diskus akan mulai meletakkan telur-telurnya.  Gejala tersebut dapat dilihat dengan keluarnya alat genital dan dilakukannya pergerakan-pergerakan vertikal sepanjang substrat.  Setelah telur pertama diletakkan., diskus jantan akan membuahinya.  Proses ini dilakukan terus menerus secara bergantian, seluruh proses ini dapat berlangsung selama beberapa jam.  Telur-telur yang diletakkan di substrat berwarna kuning sampai kemerahan, dalam jumlah yang beragam.  Induk betina biasanya menghasilkan telur 150-400 butir telur.

E.     Penetasan Telur
            Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan diskus akan langsung menunggui telur-telurnya.  Mereka akan mengipasi telur-telur tersebut dengan sirip dada untuk mencegah adanya kotoran ataupun spora jamur yang melekat.  Selama menjaga telur-telurnya hingga menetas, induk diskus bisa memakan telur-telurnya.  Hal ini akan dilakukan apabila mereka merasa terganggu.  Jika secara naluri mereka memutuskan untuk membersihkan telur-telur dari kotoran mereka akan mengangkat telur tersebut dengan cara memakannya.  Mengingat hal tersebut sebaiknya dalam pembudidayaan diskus, telur dan substrat dikurung dengan menggunakan anyaman kawat sehingga induk tidak dapat menjangkaunya tetapi masih bisa menjaganya.  Kawat tersebut dibiarkan sampai telur-telur tersebut menetas.  Dalam penetasan telur suhu yang diperlukan berkisar antara 300 C.  Biasanya keberhasilan penetasan di dalam aquarium dapat mencapai 50-95 %.  Telur-telur diskus akan menetas dalam tempo 48-60 jam sejak dibuahi. Berikut proses perkembangan telur hingga menjadi burayak :
1.      40 jam pertama
            Pada tahap ini telur mulai menunjukkan perkembangannya dari semula berwarna kuning sampai merah transparan mulai terlihat bintik hitam tepat di tengahnya.  Bintik hitam adalah bintik mata, hal ini menandakan bahwa telur tersebut terbuahi dengan baik.  Telur yang tidak terbuahi akan tetap berwarna transparan yang kemudian akan memutih lalu membusuk.  Pada tahap ini telur dalam keadaan kritis karena sangat rentan terhadap serangan jamur.
2.      52-55 jam pertama
            Pada tahap ini telur-telur tersebut menetas.  Awalnya kulit telur akan menipis, kemudian larva-larva yang telah berkembang penuh akan membuat gerakan seperti getaran halus, menembus membran kulit telur.  Pada tahap ini bagian ekor larva terlihat mencuat keluar dan bergerak dengan motil. Larva-larva tersebut tetap melekat di substrat.
3.      Hari keempat
            Pada hari keempat telah terlihat kemajuan pada pertumbuhan larva, mereka terlihat lebih besar dari sebelumnya bagian yang melekat di substrat pun tinggal kepalanya saja.  Pada tahap ini, sekalipun dibatasi kurungan induk diskus berhasil memindahkan larva baik sebagian atau seluruhnya.  Umumnya mereka akan memilih tempat yang dinilai lebih aman bagi larva-larva tersebut.  Busa filter spons atau kaca di bagian belakang aquarium dapat mesnjadi substrat untuk memindahkan larva.
4.      Hari kelima
            Pada hari kelima, aktivitas larva semakin meningkat.  Sebelum hari kelima mereka menempel di substrat dalam posisi yang rapi tetapi kini mereka terlihat menumpuk dan sesekali terlempar dari kumpulannya dengan gerakan renang yang kacau.  Pada tahap ini induk diskus akan sibuk mengumpulkan larva-larva dan mengembalikannya ke kumpulan mereka.
5.      Hari keenam
            Pada tahap ini larva sudah cukup kuat untuk berenang bebas.  Dimulai dengan satu dua ekor yang mulai mencoba-coba hingga pada hitungan detik secara serempak mereka berterbangan dari substrat ke tubuh induknya.  Induk diskus dengan sigap menyambut larva-larva tersebut dan menggiringnya untuk tetap berada di sektar mereka.  Saat inilah mereka mulai mencicipi pakan pertama mereka yaitu lendir dari tubuh induknya.

F.      Aturan Perkawinan
Ada beberapa jalur-jalur perkawinan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan diskus yang berkwalitas seperti:


1.      Cross-breeding
 Cross-breeding sering disebut juga kawin silang.  Biasanya digunakan dua jenis diskus yang berbeda  dengan masing-masing keunggulannya.  Bentuk tubuh, pola corak dan warna, dan keunggulan lainnya.  Generasi pertama dari kawin silang ini akan menghasilkan diskus dengan tampilan yang beragam.  Pada generasi pertama belum dicapai kestabilan gen.
2.      Inbreeding
Inbreeding merupakan perkawinan sedarah. Artinya diskus dari satu anakan saling dikawinkan.  Namun, setelah beberapa generasi sebaiknya inbreeding dihentikan karena dapat menyebabkan melemahnya kualitas gen.  Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya persentase anakan yang cacat, melemahnya daya tahan tubuh, melambatnya pematangan gonad, dan kerdilnya pertumbuhan.
3.      Line-breeding
Digunakan untuk mengarahkan suatu ekspresi gen ke arah yang diinginkan sehingga gen tersebut akan semakin kuat.  Caranya dalah dengan mengawinkan diskus dengan individu dari salah satu jalur generasi sebelumnya misalnya jalur kakek atau bapak.
4.      Outbreeding
Merupakan cara yang dipakai untuk menguatkan strain yang sudah ampan tanpa resiko melemahkannya seperti pada inbreeding.  Caranya adalah dengan mengawinkan satu jenis strain dengan strain yang sama tetapi dari jalur yang berbeda misalnya jalur sepupu.  Dengan cara ini, gen pada strain tersebut akan terpelihara murni.


III. PEMELIHARAAN BURAYAK

            Setelah selesai memindahkan anak-anaknya ke tempat yang lebih aman, induk akan menjaganya dengan penuh kasih sayang. Dengan gerakkannya untuk mengipasi anaknya menyebabkan kotoran yang menempel di badan anaknya dapat disingkirkan.  Gerakan ini dapat menyejukkan benih-benih diskus dan menyediakan oksigen yang diperlukan.  Burayak diskus dapat dibiarkan bersama induknya sampai berumur 14-20 hari.  Setelah empat hari bersamaan dengan habisnya kuning telur biasanya anak-anak diskus sudah kuat untuk berpindah tempat.  Mereka akan berkeliling secara bergerombol ditemani induknya.  Untuk pakannya disediakan oleh induknya yang berupa lendir yang keluar dari dalam tubuh induknya. Lendir di sekujur tubuh diskus akan menebal, lendir inilah yang merupakan makanan bergizi tinggi.







Pustaka
Indarta D. 2002. Memelihara dan Membudidayakan Diskus unggul. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Susanto Heru. 2000. Diskus. Penebar Swadaya. Jakarta



PEMBENIHAN IKAN DISKUS (Symphysodon discus)


Ikan diskus merupakan ikan hias yang cukup populer dikalangan masyarakat pada tahun 1990-an hingga sekarang. Sepintas ikan ini terlihat seperti telur dadar, hal itu yang membuat ikan ini menarik untuk dilihat atau dipajang di akuarium rumah. Keunikan lain yang dimiliki ikan diskus sehingga mampu menarik para penggemar ikan adalah warna dan bentuk tubuh yang indah, sifat induk yang unik, kebiasaan berkembang biak yang sulit diduga, harga benih atau induk yang relatif mahal, dan pasar ekspor dan lokal yang terbuka luas.
Pemasaran ikan diskus ini tergolong cukup mahal baik pasar lokal atau pasar ekspor, untuk itu ikan diskus ini masih potensial untuk dibudidayakan saat ini. Harga benih dan induk ikan diskus masih relatif mahal sehingga membuat orang optimis dengan jenis ikan ini. Induk ikan diskus rata-rata dujual dengan harga Rp. 50.000 – 150.000 per induk, sedangkan benih ikan diskus yang berukuran 3 cm Rp. 3.000 – 8.000. Harga ikan diskus dapat semakin mahal tergantung dari strain atau jenisnya, misalkan pada ikan diskus tricolor harga induk dapat mencapai Rp. 300.000 lebih per ekor, sedangkan untuk ukuran benih 3 cm Rp. 5.000 – 10.000 per ekor.
Berbicara mengenai pemijahan diskus, tidak ada satu pun metode yang mutlak untuk diikuti. Sepasang induk yang sedang mengasuh dua puluh ekor anaknya dapat dipandang sebagai suatu pencapaian yang luar biasa, dapat juga dipandang sebagai kegagalan yang menyedihkan.



II.   BIOLOGI DISKUS

A.  Klasifikasi dan Morfologi
Diskus yang di juluki ratu ikan hias air tawar ini telah memulai perjalannya dari habitat aslinya ke aquarim di rumah kita. Aslinya ikan ini berasal dari pedalaman rimba Amazon, Brazil yang terkenal kaya akan beragam species tumbuhan dan binatang. Diskus adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya. mengenai sistematikanya ada sedikit perdebatan, banyak orang mengklaim berdasarkan tempat asal, warna dan bentuk luarnya.
Menurut sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:
Ordo                   : Percomorphodei
Sub Ordo           : Percoidea
Family                : Cichlidae
Genus                : Symphysodon
Species              : Symphysodon discus
Nama lokal         : Diskus

Ikan yang berbentuk seperti kue dadar ini di lengkapi dengan keindahan warna dan bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai bentuk tubuh memanjang, diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus unik seperti cakram atau kue dadar. Warnanya sangat unik dan manarik sesuai dengan strain dan keturunannya. Morfologi ikan diskus dapat dijelaskan pada gambar 1 di bawah ini.
 


Keterangan Gambar :
1.        Mulut
2.        Mata
3.        Kepala
4.        Sirip punggung
5.        Sirip ekor
6.        Pangkal ekor
7.        Sirip anal
8.        Sirip dada
9.        Sirip kelamin
10.      Perut
11.      Tutup insang
12.      Kerongkongan

Gambar 1. Morfologi ikan diskus



III.   PEMIJAHAN

A.  Membedakan Induk Jantan dan Betina
Membedakan diskus jantan dan betina akan lebih mudah dilakukan jika kita dihadapkan dengan sekumpulan calon induk yang dibesarkan bersama dan berasal dari wadah yang sama. Dalam sekumpulan itu, diskus jantan umumnya memiliki postur tubuh yang lebih besar dengan bentuk forehead lebih kekar atau kasar. Sementara itu, diskus betina umumnya berukuran lebih kecil dengan bentuk forehead lebih halus.
Membedakan kelamin diskus dilihat dari betuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina memiliki bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dengan bibir bawahnya. Sedangkan diskus jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk agak bengkok, berlainan dengan betina yang hidungnya berbentuk lurus. Dilihat dari sekitar sirip dubur, pada diskus jantan rata-rata lurus sedangkan pada diskus betina bentuknya membulat. Melihat gerakannya, diskus jantan mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari diskus betina.
Cara lain untuk membedakan diskus jantan dan betina adalah dengan melihat alat kelamin genitalnya. Diskus betina memiliki organ genital yang berbentuk lonjong dengan ujung menumpul atau berbentuk elips. Diskus jantan berbentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dibawah ini.
 



Gambar 2. Bagian yang dilingkari merupakan
organ genetalia pada diskus betina.
 



Gambar 3. Bagian yang dilingkari merupakan
organ genetalia pada diskus jantan.

B.  Ciri-Ciri Induk Diskus  yang Baik
-       Harus sehat
-       Sisik tersusun rapi
-       Sisik tidak cacat ditunjang dengan bentuk yang bulat
-       Gerakannya wajar/normal, tidak bergerak miring atau lamban
-       Mata menonjol normal, tidak melotot keluar
-       Matang gonad atau siap memijah

C.  Ciri-Ciri Ikan Diskus Siap Mijah
Ikan diskus yang siap mijah umumnya ditandai dengan memisahkan diri dari rekan-rekannya dalam satu wadah pemeliharaan (seperti pada gambar 4).  Ikan diskus tergolong ikan yang setia pada pasangannya, karena itu ikan diskus tidak bisa dipijahkan selain dari pasangannya tersebut.
Pasangan ini lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus diamati.  Pasangan yang lengket terus sudah cukup sebagai jaminan bahwa mereka jantan dan betina. Calon induk jantan harus berumur 15 bulan, sedangkan induk betina berumur 12 bulan sehingga layak untuk dipijahkan.
 


Gambar 4. Sepasang Induk Diskus, sebagai salah satu ciri-ciri ikan diskus siap mijah dapat dikenali dengan memisahkan diri dari kelompoknya dan bergerak saling berpasangan.


D.  Proses Pemijahan
Pasangan induk ditempatkan dalam aquarium pemijahan, dalam 3-10 hari kemudian biasanya proses perkawinan mulai berlangsung. Pasangan induk diskus saling berenang mengitari pasangannya, pada saat tersebut warna diskus akan terlihat sangat intensif, sirip-sirip mengembang penuh dan matanya terlihat berbinar, kemudian mereka akan menentukan tempat nertelur berupa pipa PVC, pot bunga atau pecahan-pecahan genting atau keramik. Setelah itu pasangan diskus akan mulai meletakan telurnya, setelah telur pertama diletakkan, diskus jantan akan membuahinya selama beberapa jam, induk yang dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan 150 - 300 butir telur.
Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan diskus akan menunggui telurnya, mereka akan mengipasi telur tersebut dengan sirip dada, untuk mencegah adanya kotoran atau spora jamur yang melekat selama menjaga telurnya, induk tetap harus diberi pakan dan kondisi aquarium harus terlihat bersih.
Dalam waktu 6 hari sejak peletakan telur, telur akan menetas menjadi larva-larva kecil, yang kemudian akan berkembang menjadi diskus dewasa.
F.  Penetasan Telur
Seperti ikan Chiclid lainnya, ikan diskus bersifat menempelkan telurnya  pada suatu benda atau substrat. Oleh karena itu tempat pemijahan harus diberi potongan paralon atau benda lain yang permukaannya halus sebagai tempat menempelnya telur. Telur ikan diskus akan menetas dalam waktu 40 - 60 jam sejak dibuahi. Induk ikan diskus tersebut bisa dijadikan inang asuh apabila hanya bisa bertelur tetapi tidak mampu merawat telurnya dengan baik.
Penetasan telur terkadang tidak terjadi secara serentak, telur bisa sampai 8 hari baru menetas. Bila dalam waktu lama (4 hari) telur belum menetas juga, induk diskus akan gelisah sehingga akan memakan telurnya. Memang sifat kanibalisme yang timbul pada induk ini bukan karena induk terlalu sayang pada keturunannya, namun juga ada sebab lain. Misalnya karena kualitas air yang kurang bagus, adanya suara berisik dari luar, nervous melihat orang mondar-mandir dilingkungan sekitarnya, dan sebagainya.
Untuk itu tingkat penetasan telur (SR) pada ikan diskus diperkirakan mencapai 50% dari jumlah telur yang terbuahi. Namun hal tersebut tidak mutlak sebagai landasan dalam budidaya ikan diskus, mortalitas pada telur akan semakin tinggi apabila perlakuan kita kurang intensif dalam menjaga kualitas air serta menjaga lingkungan sekitar agar tetap aman dan tidak berisik. Natalitas yang tinggi dapat kita peroleh apabila perlakuan yang kita terapkan dalam proses pemijahan ikan diskus sesuai dengan kriteria yang diinginkan ikan diskus.

G.  Perkembangan Telur
1.  40 jam pertama
Pada tahap ini, telur-telur mulai menunjukkan perkembangannya. Pada telur yang semula berwarna kuning sampai merah transparan mulai terlihat bintik hitam tepat di tengahnya. Bintik hitam ini merupakan bintik mata pada benih ikan diskus. Hal ini menandakan bahwa telur-telur tersebut terbuahi dengan baik. Telur yang tidak terbuahi akan tetap terlihat transparan, yang kemudian akan memutih dan membusuk.
2.  55 jam pertama
Pada tahap ini telur-telur akan menetas, awalnya kulit telur akan menipis kemudian larva-larva yang telah berkembang penuh akan membuat gerakan seperti getaran halus, menembus membran kulit telur. Bagian ekor larva terlihat mencuat keluar dan bergerak dengan motil. Larva-larva tersebut tetap melekat pada substratnya.
3.  Hari ke-4
Pada tahap ini, terlihat kemajuan pada perrtumbuhan larva. Pasangan induk akan memindahkan sekumpulan larva baik sebagian maupun seluruhnya. Umumnya induk tersebut akan memilih tempat yang aman bagi larva-larva tersebut.
4.  Hari ke-5
Pada tahap ini aktivitas larva semakin meningkat, ditandai dengan sering bergeraknya larva keluar dari kumpulannya. Pasangan induk diskus akan sibuk mengumpulkan larva-larva yang tercerai-berai dan mengembalikannya ke kumpulan mereka.
5. Hari ke-6
Pada tahap ini, larva sudah cukup kuat untuk berenang bebas. Dimulai dengan satu-dua ekor yang mulai berenang dari substrat ke tubuh induknya. Larva-larva tersebut akan memperoleh makanan dari induknya yaitu berupa lendir yang di produksi oleh induk diskus serta memperoleh perlindungan dari induknya.

H.  Pemeliharaan Larva
Untuk mendapatkan benih diskus yang berkualitas baik, harus diperhatikan cara penetasan telur dan perawaatan benihnya. Ikan diskus tidak sepenuhnya dapat mengasuh anaknya, ada diskus yang tidak dapat mengasuh anaknya. Hal ini sulit untuk diketahui penyebab utamanya, untuk itu dalam pemeliharaan larvanya diterapkan tiga cara dalam pemeliharaan larva diskus diantaranya adalah :
1. Pemeliharaan larva secara alami
Telur yang dijaga oleh induknya pada saat penetasan.  Dua hari setelah menetas larva diskus sudah dapat bergerak meskipun belum terarah.  Larva diskus akan menempel pada induk untuk memakan lendir yang dihasilkan induknya hal ini berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Kemudian setelah berumur satu minggu mulai diberi makanan hidup Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan.  Pada gambar 5 memperlihatkan induk ikan diskus merawat anaknya, benih ikan diskus tersebut selalu bergerak mengikuti induknya dengan memakan lendir yang diproduksi oleh induk ikan diskus itu.
 









Gambar 5. Sepasang Induk diskus merawat anaknya
                                               
2. Pemeliharaan larva dengan Inang asuh
Penetasan telur secara buatan telur dipisahkan dari induknya kemudian telur akan menetas 2 - 3 hari, setelah larva berumur dua hari larva dipindahkan dari akuarium penetasan dengan cara disifon.
Ambil ± 5 ekor larva kemudian  masukkan kedalam akuarium induk yang sedang mengasuh anaknya yang ukurannya hampir sama dengan larva yang akan dimasukkan.  Apabila setelah tiga menit larva tidak dimakan oleh induk tersebut dan dapat menempel pada tubuhnya, maka larva yang lain dapat dimasukkan kedalam akuarium tersebut.

3. Pemeliharaan larva secara buatan
Larva yang sudah dapat berenang dipindahkan kedalam baskom plastik dengan cara disifon, secara berlahan-lahan larva yang ada dibaskom dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan larva, pada tahap awal  makanan yang diberikan adalah kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan Rotifera yang sudah dikeringkan, bila akan diberikan pada larva harus dicampur terlebihdahulu dengan putih telur, agar makanan tersebut lebih lama menempel pada pinggir media pemeliharaan. Makanan diberikan 12 kali sehari atau dilakukan  setiap tiga jam sekali  selama 2 – 3 hari, hingga larva bisa makan Artemia.

DAFTAR  PUSTAKA


Susanto, H.  2000.  DISKUS.  Penebar Swadaya. Jakarta.

Indarta, D. 2002. Memelihara dan Membudidayakan Diskus Unggul, AgroMedia Pustaka. Jakarta